Judul: Memori: Tentang Cinta yang Tak Lagi Sama
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tanggal Terbit: 2012
ISBN (10): 979-780-562-X
ISBN (13): 978-979-780-562-3
Cinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.
Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.
Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.
Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.
Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.
Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.
Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.
----------------------------------------------------
Jadi, menurut Fenny....
Kalau ditanya Memori ini kisah tentang apa, mungkin yang paling tepat menggambarkannya adalah kisah tentang sebuah pengampunan. Bagi saya, di tengah semua drama keluarga dan pencarian jati diri yang dilakuan sang tokoh utama, Mahoni, kisah ini berujung pada sebuah pengampunan. Menyambung daripada itu, ini juga kisah tentang bagaimana sebuah pengampunan dapat mendatangkan kelegaan dan ketenangan batin. Sayangnya, tidak semua orang menyadarinya --- atau tidak ingin mengakuinya walaupun sadar.
Mahoni adalah seorang arsitek yang bekerja di Virginia, Amerika Serikat. Desainnya idealis dan dia tidak mau berkompromi. Sedikit banyak sifat kekeraskepalaannya kentara. Seleranya yang bagus membawanya pada jenjang karir yang tinggi, membolehkannya hidup dengan layak. Hingga suatu hari sebuah panggilan telepon menghancurkan apa yang ia telah bangun selama ini. Ayahnya meninggal di Indonesia, dan mau tidak mau ia harus kembali.